Kota tua sudah ditetapkan menjadi cagarbudaya oleh
pemerintah setempat terutama kawasan stasiun Jakarta kota (beos), disana banyak
terdapat bangunan-bangunan bersejarah yang beradapa di sekitar stasiun Jakarta
Kota diantaranya yang masuk ke dalam daftar cagar budaya adalah : Gedung bank
Mandiri Kanwil III, BNI 46, Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Gedung
PT. Kerta niaga, Gedung Platoon, PT. Asuransi Jasindo, Hotel Beverly hill, dan
tentunya stasiun Jakarta kota itu sendiri yang biasa disebut stasiun BEOS.
Diantara Bangunan bersejarah itu ada yang berubah secara
fungsi, ada yang tetap, adapula yang mengalami renovasi baik secara arsitektur
ataupun secara konsep bangunan. Tenu dalam menentukan hal tersebut harus
melalui beberapa analisa terlebih dahulu, yang pertama mengacu kepada
teori-teori yang ada untuk mentukan kelas bangunan dan tingkat pemugaran,
selanjutnya mencari sejarah bangunan tersebut baik arsitekturnya ataupun fungsi
dari bangunan tersebut dimasa lalu. Langkah terakhir adalah pemugaran dengan
mengacu kepada teori dan aturan yang ada.
Mengingat konservasi suatu bangunan bersejarah itu sanat
penting maka dengan alasan tersebut penulis membuat tugas penulisan ini untuk
mengidentifikasi tingkat pemugaran di setiap bangunan di kawasan stasiun
Jakarta kota (BEOS).
SEJARAH BANGUNAN
Sekilas mengenai sejara stasiun kota - Jakarta, atau yang
dulunya lebih dikenal dengan nama Batavia Zuid atau stasiun Beos, awalnya
dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk renovasi
menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta api -
kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Sekitar 200 m dari stasiun yang
ditutup ini dibangunlah Stasiun Jakarta Kota yang sekarang.
Pembangunannya dipimpin oleh seorang arsitek Belanda
kelahiran Tulungagung 8 September 1882 yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels dan
selesai pada 19 Agustus 1929 kemudian diresmikan dan digunakan untuk pertama
kalinya pada 8 Oktober 1929 oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang
berkuasa di Hindia Belanda pada 1926-1931.
Pada masa lalu, karena terkenalnya stasiun ini, nama itu
(Beos) dijadikan sebuah acara oleh stasiun televisi swasta. Namun sayangnya
hanya sedikit warga Jakarta yang tahu apa arti Beos yang ternyata memiliki
banyak versi tersebut. Yang pertama, Beos merupakan kependekan dari Bataviasche
Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur),
sebuah perusahaan swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh. Versi
lain, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken, yang artinya Batavia dan
Sekitarnya, dimana berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi
kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie
(Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang),
dan lain-lain.
KARAKTER BANGUNAN
Stasiun Beos/ Stasiun Kota merupakan karya besar Ghijsels
yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara
struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional
setempat. Dengan balutan art deco yang kental yang keindahannya dapat dilihat
dari bentuk atap dan bentuk pilar – pilar pintu utama pada sisi kiri, kanan,
dan depan bangunan, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana namun mengandung
unsur seni yang tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan
adalah jalan terpendek menuju kecantikan. Seiring dengan perkembangan zaman,
bangunan Stasiun Kota ini sendiri semakin terusik/ tertutupi dengan kepadatan
bangunan di kota Jakarta sebagai dampak dari lajunya pertumbuhan kota yang
kurang terkendali. Belum lagi kondisi bangunannya yang kurang terawat dengan
baik sehingga hanya terlihat sebagai bangunan tua yang masih layak pakai.
Sedangkan jika ditelusuri lebih jauh, bangunan Stasiun Kota ini sendiri
sebenarnya sudah ditetapkan dalam peraturan pemerintah DKI Jakarta sebagai
bangunan cagar budaya yang umumnya bisa digunakan untuk menarik kunjungan
wisata baik dari dalam maupun luar negeri untuk menyimak kembali bagaimana
perjalanan perkembangan kota Jakarta sejak zaman colonial hingga sekarang ini.
STASIUN JAKARTA KOTA TEMPO DULU
STASIUN JAKARTA KOTA SEKARANG
KONSEP PERENCANAAN KONSERVASI
Eksterior :
• Menggunakan karakter kota tua / kota lama sebagai daya
tarik untuk memberikan nilai tambah pada bangunan Stasiun Jakarta Kota.
• Mempermudah pencapaian ke dalam kawasan, menata sirkulasi
kendaraan, dan pejalan kaki di dalam kawasan, serta menyediakan sarana parkir
yang mampu memenuhi kebutuhan aktivitas pengunjung pada kawasan di sekitar
bangunan Stasiun Jakarta Kota.
• Menata kembali system peragangan kaki lima yang berada di
sekitar bangunan agar terlihat lebih rapi dan bersih.
• Pengadaan kembali kawasan – kawasan hijau di sekitar
lokasi seperti taman dan sejenisnya sebagai sarana penunjang dan nilai tambah
dari bangunan.
• Pengolahan fasad yang lebih menarik dengan tetap
mempertahankan bentuk aslinya, penertiban bagian - bagian fasilitas bangunan
yang mencederai fasad bangunan sebagai bagian dari usaha mempertahankan jejak
sejarah di kawasan Stasiun Jakarta Kota dan sekitarnya.
• Penataan kebersihan dan keamanan di sekitar bangunan juga
sangat dibutuhkan untuk memperlihatkan nilai sejarah dari sisi eksterior
bagunan.
Interior :
• Penertiban kegiatan penjualan di dalam Stasiun sangat
dibutuhkan guna menjaga kebersihan dan kenyamanan penggunan stasiun.
• Pengaturan tata tertib di dalam stasiun juga sangat dianjurkan
untuk menjaga ketertiban pengguna KRL sekaligus menciptakan pemandangan yang
suasan yang nyaman di dalam stasiun.
• Khusus untuk bagian - bagian stasiun yang telah termakan
usia atau yang tidak terurus, dianjurkan untuk melakukan perbaikan dan penataan
kembali agar tidak menimbulkan pemandangan atau suasana yang mengganggu.
• Pengadaan fasilitas – fasilitas seperti tempat duduk
sangat dianjurkan untuk memberikan tempat istirahat sementara bagi para
pengguna KRL yang menunggu kedatangan/ keberangkatan KRL.
• Penyediaan fasilitas penyebrangan antar rel/ tempat
pemberhentian kereta juga sangat perlu. Selain untuk mengurangi waktu dan jarak
tempuh yang jauh karena harus kembali melalui jalur yang melalui dalam stasiun,
juga mencegah terjadinya kecelakaan kereta yang disebabkan oleh aksi nekat para
pengguna KRL yang menyebrang melalui jalur kereta.
sumber :
Komentar
Posting Komentar